MenurutBima, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan ujian kepada semua orang soal corona. Bima Arya: Covid-19 Ujian Kesehatan dan Keimanan Semua Orang | Republika Online REPUBLIKA.ID
Oleh Giri Hadmoko——- Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya pasti ada maksud dan tujuannya. Dalam pandangan Islam, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi semua yang ada di dalamya, baik yang dapat diamati maupun yang tidak bisa diamati. Di mana alam dibagi menjadi dua alam, yaitu alam nyata dan alam ghaib. Keberadaan alam semesta ini sebagai tanda dari kekuasaan sang Pencipta. Selain Allah SWT menciptakan alam, Allah SWT juga menciptakan manusia, sebagai penghuni di bumi ini, yang mana akan berperan sebagai pemimpin atau pengendali dari alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Manusia diciptakan mempunyai kedudukan tertentu, yaitu sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana Allah SWT berfirman وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ Artinya Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”QS. Al-baqarah ayat 30 Kedudukan manusia bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari segala apa yang ada di muka bumi ini. Hal tersebut tergantung pada akhlak dan akal ilmu nya. Mari kita sejenak merenung tentang kehidupan di dunia ini yang sudah kita lewati, dari awal kita dilahirkan di dunia. Pertama kita terlahir di dunia ini atas kehendak Allah SWT melalui seorang ibu. Sembilan bulan kita dikandung dalam rahim seorang ibu, dari segumpal darah lalu menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal rezekinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya. Setelah terlahir di dunia, kita mendapat kasih sayang dari kedua orang tua, kita diasuh dilindungi disayang, dalam perjalanan kehidupan dari masa ke masa kita melakukan perubahan, dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dalam perjalanan hidup dan tambahnya umur kita tidak jauh dari segala kenikmatan dari Allah SWT yang telah kita rasakan dan kita nikmati, di saat masih bayi kita begitu lemah, sekarang bisa tumbuh menjadi kuat, itu semua karena seorang ibu dan orang tua kita. Pada diri kita ada anggota badan yang begitu nyata kita rasakan dan fungsikan di saat hidup di dunia ini yaitu perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan. Kita bersyukur tanpa meminta, semua organ itu diberi kesehatan dan berfungsi pada kegunaanya masing masing. Coba bayangkan bila semua organ itu dapat berfungsi tetapi harus dengan biaya, pasti kita sangat berat untuk menjalaninya. Berutunglah kita dengan semua yang ada di badan ini dengan segala kesempurnaan dan kegunaannya, itu suatu nikmat yang besar. Allah SWT memberikan semua itu dengan segala kesempurnaannya. Kita bisa menikmati apa saja yang telah Allah SWT ciptakan di dunia ini. Allah SWT menciptakan bumi lengkap tidak ada yang kurang sedikitpun, semua tersedia dan ada di bumi Allah SWT. Semua itu untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan umat manusia. Sebagai contoh udara, air, tumbuhan, hewan ternak, bahan makan, emas, serta sumber ilmu yang terkandung di dalamnya, semua itu akan menjadi bekal manusia bertahan serta mempelajarinya. Semua itu tanda kuasa dan cinta-Nya Allah SWT pada umat manusia. Maha Besar Allah SWT. Telepas dari semua nikmat Allah SWT yang diberikan, dalam menjalani kehidupan di bumi, kita pasti juga tidak terlepas dari masalah, baik masalah pribadi, masalah keluarga, masalah sosial. Semua masalah itu memang telah menjadi sandangan orang hidup di dunia ini. Allah SWT mendatangkan masalah ke umat manusia sebagai ujian dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Masalah setiap manusia itu pun jelas sangat berbeda beda, Allah SWT memberikan ujian berupa masalah kepada umatnya sesuai dengan kemampuan manusia yang akan diuji, dan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya sebagaimana dalam firman Allah SWT لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. QS. Al Baqarah ayat 286 Sebagai umat islam yang beriman, dengan semua yang melekat pada kita, baik berupa nikmat kesenangan atau ujian yang ada, pasti kita tidak bisa menghindar dari ketetapan Allah SWT, karena Allah SWT memberikan nikmat dan ujian kepada manusia tidak akan salah ataupun tertukar antara satu dengan yang lainnya. Itu semua adalah wujud cinta Allah SWT kepada umatnya, dengan tujuan sebagai peringatan dan untuk mengatahui seberapa kuat kadar iman makhluk-Nya. Melalui semua ujian dan nikmat itu akan menjadikan manusia menyadari apa arti kehidupan sebenarnya, maka dari itu kita dalam menghadapai dan menyikapi ujian dengan cara yang dicontohkan Rosul SAW. Beriman pada takdir Sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka sudah seharusnya kita mempercayai takdir yang diberikan kepada kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. Muslim no. 2653, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Yakinlah bahwa ujian para nabi lebih berat Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ “Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya” HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi no. 7482, & Ibnu Mâjah no. 4523 Selalu ada hikmah Cara menerima ujian dari Allah SWT berikutnya adalah dengan memetik hikmahnya. Yakinkan diri bahwa setiap ujian akan membawa hikmah tersendiri bagi kita. Tidak ada ujian yang sia-sia jika dilewati dengan baik. Allah Ta’ala berfirman أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ 115 فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan Yang mempunyai Arsy yang mulia.” QS. Al Mu’minun ayat 115-116 Allah Ta’ala juga berfirman وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ 38 مَا خَلَقْنٰهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS. Ad Dukhan ayat 38-39 Ujian merupakan bentuk cinta Allah Abu Hurairah berkata, bahawa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka dia akan diberi-Nya cobaan.” Rasul bersabda, إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani. Perbanyak mengingat dosa Rasul bersabda, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَ “Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”. HR. At-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh Al-Albani Selalu berzikir Allah SWT berfirman الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. QS Ar Ra’du ayat 28. يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. QS. Al-Ahzaab ayat 41. Perbanyak sedekah Rasul bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“.HR. At-Tirmidzi. Rasulullah kembali bersabda “Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah“. Selalu sabar Allah berfirman لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan juga kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli Imrân ayat 186] Sholat taubat Dari Ali Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Aku adalah seorang lelaki, jika aku telah mendengar sebuah hadits dari Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam , Allâh Azza wa Jalla memberiku manfaat yang Dia kehendaki dengan perantara hadîts itu. Jika ada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang menyampaikan sebuah hadits kepadaku, maka aku akan memintanya bersumpah bahwa dia benar-benar telah mendengar dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam . Jika dia telah bersumpah kepadaku, maka aku mempercayainya. Dan sesungguhnya Abu Bakar telah memberitakan sebuah hadits kepadaku, dan Abu Bakar telah berkata jujur, dia berkata, “Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada seseorang pun yang melakukan dosa, lalu dia berdiri kemudian bersuci lalu menunaikan shalat, setelah itu memohon ampun kepada Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini yang maknanya, “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allâh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allâh ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” QS. Ali Imrân ayat 135 Husnuzhon pada Allah Allah berfirman وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir..” QS. Yusuf 87. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya, jika dia mengingat-Ku.” HR. Bukhari 7405 & Muslim 6981 Yakin bahwa ujian mampu menghapus dosa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ Apa saja yang menimpa seseorang Muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua”. Muttafaqun alaihi Semakin besar cobaan semakin besar pahala Anas berkata Nabi saw. bersabda,“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah Ta’ala itu mencintai suatu kaum maka Dia mengujinya. Barang siapa yang rela menerimanya, dia mendapat keridhoan Allah, dan barangsiapa yang murka, maka dia pun mendapat kemurkaan Allah” Itulah 12 cara menerima ujian dari Allah SWT sesuai dengan ajaran Rasul. Bila kita sudah berpedoman dengan cara itu , InsyaAllah SWT semua masalah yang ada di dunia ini akan mudah kita hadapi, Semoga usaha yang kita upayakan untuk menerima dan menghadapi serta menyelesaikan dari semua ujian Allah SWT menjadikan iman kita semakin meningkat dan menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Amin Sumber Ammarbin Yasir radhiyallahu 'anhu, adalah salah seorang sahabat Nabi yang termasuk assabiqunal awwalun, golongan yang pertama kali masuk Islam. Ayahnya, Yas JAKARTA - Ketaatannya kepada Allah tak perlu diragukan lagi. Demi mempertahankan keimanan, nyawa pun rela dia berikan. Sosok itu bernama Sumayyah binti Khayyat. Seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Wanita tersebut kemudian dinikahkan oleh seorang pendatang yang tinggal di Makkah yaitu Yasir. Sejak belia, Sumayyah hidup sendiri dan sering mengalami berbagai kesulitan, sebab tak ada kabilah yang bersedia membelanya. Dari pernikahannya bersama Yasir, Sumayyah dikarunia dua anak yakni Ammar dan Ubaidillah. Waktu terus berjalan, kedua putranya pun tumbuh dewasa. Sampai suatu hari Ammar mendengar dakwah Rasulullah. Merasa tertarik dengan agama yang diajarkan Sang Rasul, dia kemudian terus mendalaminya. Baginya, agama Islam sesuai fitrah manusia. Pasalnya, tak ada sistem perbudakan atau penyembahan terhadap manusia. Setelah resmi menjadi Muslim, Ammar lalu pulang menemui kedua orang tuanya. Di depan ayah ibunya, dia menceritakan soal Islam yang sudah menyentuh hatinya. Mendengar perkataan sang putra, Sumayyah dan Yasir juga tertarik masuk Islam. Tanpa keraguan, keluarga Yasir bersyahadat. Dengan begitu, mereka termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Hal itu karena keluarga Yasir menjadi Muslim saat dakwah Rasulullah baru di tahap awal. Mendengar Sumayyah serta keluarganya mengikuti ajaran Nabi Muhammad, kaum kafir Quraisy sangat marah. Tak sekadar membenci, kaum kafir pun menyiksa keluarga Yasir. Beragam siksaan dilakukan, mulai dari dipukul, dijemur di padang pasir, hingga meletakkan batu di dada Sumayyah. Mereka terus menyiksa orang-orang saleh tersebut tanpa rasa ampun. Walau demikian, baik Sumayyah maupun anak dan suaminya tak mengeluh. Mereka tetap bertahan sekaligus teguh menjaga keimanan. Bahkan, ia terus mengucapkan "Ahad, Ahad, Ahad." Ucapan tersebut menunjukkan, baginya tiada tuhan selain Allah. Yasir, Ammar, dan Ubaidullah juga senantiasa menauhidkan Allah. Meski berbagai siksaan tak henti dilakukan kaum kafir Quraisy. Mengetahui keluarga Yasir tengah disiksa, Rasulullah langsung menengadahkan tangan ke langit seraya berseru, "Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kalian kembali adalah surga." Mendengar seruan Rasulullah, Sumayyah serta keluarganya makin kuat. Mereka tak peduli lagi dengan segala siksaan yang diterima. "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar," ujar Sumayyah penuh keyakinan. Wanita tersebut mengembuskan napas terakhirnya di tangan kaum kafir dalam perjuangannya mempertahankan agama serta akidahnya. Sejarah pun mencatat nya sebagai syahidah pertama dalam Islam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini DalamHadits lain Rasulullah mengatakan bahwa wanita shalehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Dari Amr ibnu ra : " Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhisannya adalah wanita shalehah " (HR.Muslim,Ibnu Majah dan An Nasai) Jadi kecantikan dalam Al Qur'an dan Islam bukan di lihat pada kecantikan fisik dan Rupa semata tapi lebih pada kecantikan Sifat,tabiat, kebaikan hati danKisah perjuangan Sumayyah sungguh indah dan menawan untuk didengar. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan cobaan; mulai dari ujian terkecil hingga yang besar. Sumayyah merampungkan ujian dalam kehidupannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan. Dia terdaftar dalam urutan para syuhada yang akan menerima hadiah surga dari Allah dan hidup di sisi-Nya serta diberi rezeki melimpah. Diceritakan bahwa ketika Islam mulai muncul ke permukaan, Sumayyah yang juga istri seorang syahid bernama Yasir dan ibu seorang syahid bernama Ammar itu segera menyambutnya, sehingga dia termasuk salah satu wanita beriman pada fase pertama kemunculan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang memberikan perlawanan kepada kaum musyrikin demi membela panji Islam. Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.” Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang mula-mula membela Islam ada tujuh orang; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, Ammar, dan Sumayyah.” Di dalam bukunya, Nisaa` min Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan. Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Lecutan cemeti telah menghancurkan tubuh-tubuh mereka. Akan tetapi, keimanan yang kokoh kepada Allah laksana gunung karang yang tidak terpengaruh gelombang dahsyat ataupun angin yang hebat. Dikisahkan bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada Sumayyah. Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga. Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah. Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi mereka, Ibnu Katsir menceritakan, dia menukil dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya Sumayyah berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.” Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulukllah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” HR. Al-Hakim Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke arah kemaluannya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama. Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh bercokol di dalam hati mereka. Semoga Allah meridhai Sumayyah, anaknya, dan suaminya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagai yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” [ganna pryadha/ sumber Gambar sebagai ilustrasi saja
dalamsesuatu perkara yang tidak diingini mahupun dalam kehilangan sesuatu. yang disenangi. Menurut Imam Ahmad ibn Hanbal perkataan sabr disebutdalam al-Qur'an pada tujuh puluh tempat. Menurut ijma' ulama', sabr iniwajib dan merupakan sebahagian daripada shukr. Sabr dalam pengertian bahasa adalah "menahan atau bertahan".
Di masa awal Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat bukanlah hal mudah. Seseorang harus siap kehilangan dunianya. Kehilangan ayah atau ibu, saudara, kerabat, dan mata pencarian. Mereka tak hanya dikucilkan masyarakat, tapi mengalami juga penyiksaan. Jangankan mereka yang berstatus sosial rendah, bangsawan pun mengalami hal yang mengerikan. Abu Bakar ash-Shiddiq, seorang bangsawan pernah dipukuli sampai pingsan. Oleh karena itu, mereka yang memeluk Islam di zaman itu adalah orang pilihan. Mereka adalah orang yang siap bertaruh nyawa. Kalau mereka orang-orang lemah seperti kita, pastilah Rasulullah tak punya pembela dan teman setia. Di antara mereka yang memeluk Islam di awal kedatangannya adalah Sumayyah binti Khayyath. Seorang wanita mulia yang memiliki keimanan yang kuat. Ia termasuk orang yang pertama-tama memeluk Islam. Bahkan orang ketujuh yang menyambut seruan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. status sosialnya yang rendah membuatnya mengalami penyiksaan yang parah. Sampai ia wafat gara-gara disiksa. Siapakah Sumayyah? Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha adalah ibu dari Ammar bin Yasir radhiallahu anhuma. Ia memeluk Islam di Mekah. Dan menjadi orang ketujuh yang menyambut seruan tauhid. Ia disiksa. Dipaksa agar kembali ke agama semua. Namun ia tak peduli dengan siksaan itu. Ia bersabar. Hingga Abu Jahal melemparkan tombak yang menembus perutnya. Memeluk Islam Beberapa saat sebelum diutusnya Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi dan Rasul, Yasir bin Amir datang ke Mekah. Ia seorang laki-laki yang berasal dari Yaman. Kemudian ia dinikahkan oleh Abu Hudzaifah dengan budaknya yang bernama Sumayyah binti Khayyath. Saat Sumayyah melahirkan Ammar, Abu Hudzaifah membebaskannya. Kemudian cahaya Islam mendatangi Mekah. Keluarga kecil Yasir ini segera menerimanya Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 4/101. Ada yang meriwayatkan bahwa Sumayyah adalah orang ketujuh yang memeluk Islam Ibnu Mandah al-Mustakhraj, 2/516. Mujahid rahimahullah berkata, “Orang pertama yang menampakkan keislamannya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq, Bilal bin Rabah, Shuhaib, Khabbab bin al-Arat, Ammar bin Yasir, Sumayyah ibunya Ammar. Semoga Allah meridhai mereka semua Ibnu Abdil Bar al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ash-hab, 4/1864. Derita di Jalan Islam Derita di jalan Islam dialami oleh Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha. Setelah ia memeluk Islam, ia disiksa. Ia dipaksa kembali kepada agama semula. Namun ia tetap bergeming. Padahal saat itu ia sudah tua dan lemah Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Saat ia mengalami penyiksaan, Rasulullah menemui Sumayyah, suaminya, Yasir, dan anaknya, Ammar. Mereka sedang dijemur diteriknya matahari Mekah Ibnu Ishaq as-Siyar wa al-Maghazi, Hal 192. Beliau bersabda, صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ “Bersabarlah keluarga Yasir. Sungguh tempat kalian adalah surga.” HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya 5646. Islam adalah solusi bahagia kehidupan dunia dan akhirat. Namun sebagian orang salah paham tentang solusi ini. Mereka sangka, solusi itu berarti semuanya enak dan cukup. Kalau ikut syariat tidak mengalami kesulitan. Kalau ikut syariat bisa menjadi kaya. Dan pemahaman yang berorientasi duniawi lainnya. Padahal bahagia itu adalah bahagi hati. Meskipun raga mengalami derita. Ibnu Taimiyah rahimahullah, seorang ulama yang dipenjara tujuh kali seumur hidupnya. Mengalami siksa dan derita sebagai seorang tahanan. Sampai tak sempat menikah. Dan wafat di dalam penjara. Beliau pernah mengatakan, ما يصنع أعدائي بي أنا جنتي وبستاني في صدري أين رحت فهي معي لا تفارقني ، أنا حبسي خلوة ، وقتلي شهادة ، وإخراجي من بلدي سياحة . “Apa yang bisa diperbuat musuh-musuhku padaku? Karena surgaku dan kebahagiaanku berada di hatiku. Kemanapun aku pergi ia tetap bersamaku. Tak terpisah dariku. Kalau mereka menahanku, maka aku berduaan menyepi bersamanya. Kalau mereka membunuhku, itulah syahadah syahid. Kalau mereka mengasingkanku dari negeriku, itu adalah rekreasi.” Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini Ghidza-u al-Albab fi Syarhi Manzhumati al-Adab, Hal 496. Jadi, Islam itu sendiri adalah bahagia. Kalau seseorang memahami Islam dengan baik, bagaimanapun kondisinya ia akan mendapatkan kebahagiaan di hatinya. Semoga Allah memberi taufik kita pada yang demikian. Wafat Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha wafat dalam keadaan tegar di atas Islam. Tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya merespon paksaan orang-orang musyrikin. Ia tak peduli. Biar pedih raganya disiksa. Mengalir darah dari tubuhnya yang tua. Sambaran terik matahari padang pasir Mekah membakarnya. Dipadu dengan caci maki kafir Quraisy. Keimanan tetap ia pertahankan. Jabir radhiallahu anhu berkata, يقتلوها فتأبى إلا الإسلام “Mereka membunuhnya. Tapi ia tolak semuanya kecuali Islam.” Ibnu Katsir al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/59. Ia tetap teguh walaupun disiksa. Hingga lewat Abu Jahal yang sudah berputus asa memaksanya. Si Firaun ini hujamkan sangkur pada wanita tua itu. Sumayyah pun menjadi syahidah pertama di dalam Islam Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Saat Abu Jahal tewas di Perang Badar, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata pada Ammar radhiallahu anhu, قَتَلَ اللهُ قَاتِلَ أُمِّكَ “Telah tewas pembunuh ibumu.” Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Oleh Nurfitri Hadi IG nfhadi07 Artikel KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
Alhamdulillah segala puji bagi Allah I atas limpahan nikmat, rahmat, taufik, hidayah sehingga kita masih dalam Iman, Islam, Sunnah, dan sehat. Shalawat dan salam semoga tersampaikan kepada guru termulia di muka bumi, Rasulullah r, yang menghasilkan murid terbaik yaitu para sahabat, beserta keluarga beliau dan semua kaum muslimin yang mengikuti